Beruntung aku
tidak diciptakan sepertimu….
Bukankah kamu selalu berbicara
cinta takkan melukai, tapi kamu malah melukai dengan perilakumu sendiri.
Bukankah kita pernah saling berjanji agar tidak pernah berkata pisah dan tak
saling melukai?ingatkah kamu?. Bukankah sangat banyak janji yang kamu buat
sendiri yang belum kamu tepati dan malah kamu ingkari sendiri? sampai aku lupa
menghitung mana saja yang belum kamu tepati. janji sendiri di ingkari sendiri.
Hebat!
Inikah kepedulian yang selalu kamu katakan?
Yang selalu kamu umbar-umbar seolah semua itu akan kau tepati. Seakan kau punya
kantong ajaib untuk mewujudkan semua janji-janjimu itu. Aah omong kosong boy!
Itu hanya pemanis bibirmu saja,
segalanya hanya buaian indah semumu saja.klise. tak akan jadi nyata, hanya
dalam mimpi kita. Hah mimpi kita?ah mimpiku saja, tak mungkin kamu memimpikan
hal serupa untuk bersamaku, untuk mempertahanku. untuk memperjuangkanku saja
kamu tak pernah ada usaha. Ya, itu memang kamu. Bodohnya lagi baru ku ketahui
itu saat kita sudah berpisah dari pihakmu sendiri dan begitu cepatnya kamu
mendapatkan pengganti baruku dan selalu kau puja-puja dia, aku kau puja pun tak
pernah. Ah beruntungnya dia yang begitu mudahnya masuk kehatimu dan
menggantikan posisiku disana, beruntungnya dia yang kamu perjuangkan untuk kamu
dapatkan hatinya. Tentunya tak perlu susah payah untukmu mencari pengganti yang
lebih jauh,sangat jauh dari keadaanku, fisikku, parasku, semua. Mungkin kamu
telah dibutakan oleh keindahan fisik yang tentunya semua itu tidak ku miliki.
Bodohnya aku yang selalu memperjuangkanmu!
Aku
terlalu terbuai melayang ke udara dengan semua kata-kata manismu, terlalu
bergantung pada setiap pesan darimu, terlalu menurut pada semua kata—katamu
hingga aku sendiri tidak sadar bahwa perlahan juga kamu mulai mengambil alih
hatiku untuk kamu lukai sesuka hatimu. Seakan hatiku inim tempat bermainmu,
tempat persinggahanmu. Dengan manisnya kau membuatku terbang bahagia, dengan
kejamnya kau hempaskan aku dari ujung kebahagiaan. Pecah! Tak berbentuk lagi
hatiku seperti apa, bukan hanya goresan, tapi melebihi kaca yang pecah.
Ah kenapa harus saat kita berpisah aku baru
tahu sisi busukmu?aaaaah andai sebelum aku mengenalmu, sebelum menjadi “kita”
pasti ku takkan memilihmu, mempercayaimu untuk menjaga hatiku yang sepenuhnya
untukmu. Tapi ku tak pernah menyesal pernah mengenalmu hingga menjadi milikmu.
Setidaknya aku jadi tahu bagaimana kamu dibalik wajah rupawan yang entah selalu
manis di pandanganku. Setidaknya aku bisa lebih kuat dan mampu melawan segala
sakit yang nanti kurasakan bila masih bisa bersama yang lain. Setidaknya aku
sudah “terbiasa disakiti”, apalagi jika olehmu.
Aah
kamu yang dulu selalu ku puja, selalu kurindukan, selalu ingin kudengarkan
suara dan tawa renyahmu di telfon yang entah selalu bisa menyejukkan hatiku,
kata manis di dalam pesan yang selalu ku tunggu. Hmm aku rindu. Teramat rindu.
Andai rindu mudah kuucapkan padamu, andai tak ada jarak pemisah antara kamu dan
aku. Mungkin menahan kerinduan yang telampau dalam tidak akan sesakit ini,
mungkin takkan sederas ini airmataku berkucuran.
Terlonjak
kaget sangat handphone ku berbunyi tanda ada pesan, betapa hampir loncat
jantungku saat tertera namamu di layar depan handphoneku. Kau bilang
“nyesel baru kerasa gak ada kamu L ”,
aah emot sedihmu itu…. But, gak guna menyesalmu itu boy! Jika penyesalanmu hanya untuk memberiku
harapan bahwa kita bisa bersama lagi.
Kau kira aku tersentuh dengan pernyataanmu itu? Kau kira aku merasa hal yang
sama? YA!!bodoh!kamu bodoh!aku bodoh!. Dengan begitu mudahnya aku terjatuh
untukmu, dengan begitu hebatnya kata-katamu melumpuhkanku. seketika.
Lalu,
tiba-tiba setiap hari kau menjadi “alarm pengingat makanku”. Yaa aku sebenarnya
tidak tahu apa maksud dan tujuanmu untuk selalu mengingatkan . agar aku tak
sakit? Karna kamu kawatir? Karna kamu
peduli denganku? Aaaah gak mungkin, hanya harapanku saja kamu bisa seingat itu
padaku. Namun, celakanya aku selalu suka
terima pesan pengingat makan itu darimu dan yaaaa selalu kutunggu
hadirnya pesanmu itu.
Kita
seperti berada di jalan buntu di sebuah persimpangan; aku tetap disini,dijalan
buntu. Sedangkan kamu pergi mencari jalan-jalan lain yang lebih baru, lebih
mulus agar kamu dapat lewati tentunya. Bagaimana dengan aku? Terjebak di jalan
buntu dengan kondisi jalan yang buruk, bahkan rusak. Hanya menunggu kamu mencari keberadaanku dan
menolongku dari ketidakberdayaanku lepas dari jalan buntu ini.
Itu salahku! mengapa aku selalu
menggantungka harapanku padamu, berharap kau akan mencariku. Mengapa aku bisa
selemah ini menghadapimu. Sejatuh ini padamu
Aah semoga kamu segera memasang gps dan
segera mencari keberadaanku diujung jalan buntu yang selalu sedang menanti
jemputmu..
“but,I
have grown too stong to ever fall back in your arms”